Herpes : Pengertian, Faktor Resiko, Penyebab, Gejala, Diagnosis, Komplikasi, Pengobatan dan Pencegahan

herpes

Apakah Kalian Tahu Apa Itu Herpes?

Penyakit herpes dapat menyebabkan luka atau lecet terbentuk di dalam atau di sekitar mulut atau alat kelamin, serta gejala lainnya. Ada dua jenis HSV yakni HSV-1 yang menyebabkan herpes mulut, yang biasanya menyerang mulut dan kulit di sekitarnya. Serta HSV-2 yang menyebabkan herpes genital, yang biasanya ditularkan secara seksual. Simak penjelasan dibawah ini untuk mengetahui lebih dalam mengenai Penyakit Herpes.

herpes

Pengertian Herpes

Herpes adalah penyakit yang ditandai dengan munculnya lepuhan pada kulit yang berwarna kemerahan dan berisi cairan. Penyakit herpes termasuk dalam penyakit jangka panjang. Virusnya bisa bertahan seumur hidup di dalam tubuh seseorang.

Herpes adalah kelompok virus yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi virus herpes umumnya ditandai dengan kulit kering, luka lepuh, atau luka terbuka yang berair. Herpes simplex virus (HSV) dan varicella zoster virus adalah dua jenis virus herpes yang cukup sering menyerang manusia.

Virus ini dapat menyerang siapa saja. Adanya riwayat kontak dengan penderita infeksi virus ini dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang sedang lemah adalah faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terinfeksi virus herpes.

Secara keseluruhan, virus herpes terbagi ke dalam tiga kelompok. Pembagian kelompok virus herpes adalah sebagai berikut :

  • Alfa Herpesvirus : Kelompok virus ini memiliki siklus berkembang biak yang cepat, memiliki fase infeksi laten (tersembunyi tanpa gejala), dan bisa kambuh. Contoh alfa herpesvirus adalah HSV tipe 1 dan 2, serta varicella-zoster virus.
  • Beta Herpesvirus : Kelompok virus ini memiliki siklus berkembang biak yang panjang. Sel yang terinfeksi sering kali membengkak dan virus dapat tersembunyi di dalam tubuh. Beberapa sel yang sering terinfeksi virus ini adalah sel darah merah, ginjal, dan kelenjar sekretori. Contoh beta herpesvirus adalah cytomegalovirusherpesvirus 6, dan herpesvirus 7.
  • Gamma Herpesvirus : Kelompok virus ini khusus menyerang bagian sel atau limfosit T atau B pada tubuh manusia. Contoh gamma herpesvirus adalah Epstein-Barr virus dan human herpesvirus 8. 

Faktor Risiko Herpes

Semua orang memiliki risiko terkena virus herpes simpleks, dari mulai anak-anak hingga dewasa. Namun, dalam kasus HSV-2 yang menyerang kelamin akan lebih mudah menginfeksi orang-orang yang tidak menerapkan hubungan intim yang aman. Berbagai faktor risiko HSV-2, seperti:

  • Berjenis kelamin perempuan.
  • Memiliki pasangan seks lebih dari satu.
  • Berhubungan intim di usia yang sangat muda.
  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
  • Memiliki penyakit kelamin yang lain.

Semua orang yang pernah mengalami cacar air dapat terkena herpes zoster. Ada berbagai faktor lain yang meningkatkan risiko seseorang terkena herpes zoster, yaitu:

  • Berusia lebih dari 50 tahun.
  • Memiliki penyakit tertentu yang melemahkan sistem imun, seperti HIV/AIDS dan kanker.
  • Sedang menjalani perawatan kanker, seperti radiasi dan kemoterapi yang dapat menurunkan kekebalan tubuh terhadap penyakit.
  • Mengonsumsi obat-obatan yang dirancang untuk mencegah penolakan terhadap organ transplantasi, misalnya penggunaan steroid yang berkepanjangan.

Penyebab Herpes

Penyebab herpes adalah virus herpes simpleks tipe I dan II. Kedua virus tersebut termasuk dalam virus herpes hominis yang digolongkan ke dalam virus DNA. Penularan infeksi herpes juga bisa terjadi melalui kontak langsung, yakni kulit dengan kulit pengidap yang terinfeksi.

Diagnosis infeksi herpes dapat dilakukan dokter berdasarkan gejala dan temuan klinis yang ada. Namun, untuk beberapa kasus yang meragukan, misalnya penampakan klinis sudah tidak khas lagi, maka dapat dilakukan tes laboratorium.

Jaringan dan cairan dari vesikel kulit dapat diambil dan diamati di bawah mikroskop. Apabila pemeriksaan laboratorium gagal menemukan virus herpes, maka pemeriksaan lainnya yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan antibodi virus herpes simpleks.

Gejala Herpes

Sejak seseorang terkena virus herpes, misalnya akibat hubungan intim yang kurang aman, hingga muncul gejala (masa inkubasi) memakan waktu 3-7 hari. Gejala dan perjalanan penyakit dapat dibagi ke dalam beberapa stadium, sebagai berikut :

1. Infeksi Primer

Gejala awal yang dijumpai berupa bintil berwarna putih tampak berisi air atau disebut sebagai vesikel. Bintik ini berkelompok di atas kulit yang sembab dan kemerahan (eritematosa). Awalnya vesikel tersebut tampak putih, tetapi lama-kelamaan berisi nanah (pus) berwarna hijau. Kadang-kadang dapat ditemukan juga bintil yang telah pecah, sehingga penampakan, seperti “sariawan” pada kulit.

Fase infeksi primer terjadi selama kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala lainnya, seperti demam, lemas, mual, muntah, dan dapat juga ditemukan pembesaran kelenjar di lipat paha atau di sekitar leher.

Tempat yang sering diserang virus herpes simpleks tipe I adalah daerah pinggang ke atas terutama daerah mulut dan hidung. Infeksi herpes simpleks tipe I ini sering disebut sebagai cold sores. Infeksi ini juga dapat menyerang dinding mukosa mulut dan memberikan tampilan seperti sariawan.

Infeksi oleh herpes simpleks tipe I sering dijumpai pada usia anak-anak. Penularan penyakit ini biasanya terjadi secara tidak sengaja, seperti saat anak kontak kulit dengan benda yang terkontaminasi virus herpes, kontak di dokter gigi, kebiasaan menggigit jari, ataupun sentuhan langsung dengan kulit yang mengalami infeksi. Virus herpes simpleks tipe I ini juga dapat menyebabkan peradangan otak yang disebut herpes ensefalitis. Gejalanya adalah panas tinggi, penurunan kesadaran, dan kejang.

Sedangkan tempat yang sering diserang virus herpes simpleks tipe II adalah daerah genitalia (organ kelamin). Namun, dapat pula mengenai anggota tubuh bagian lainnya, termasuk wajah, pada perilaku seksual yang tidak wajar. Virus herpes simpleks tipe II ini juga dapat menyebabkan peradangan otak, terutama pada bayi-bayi yang lahir pada ibu yang sedang mengalami infeksi herpes pada organ genitalianya.

2. Fase Laten

Saat gejala membaik, ini bukan berarti virus herpes telah mati. Virus tersebut “beristirahat” di dalam sel saraf ganglion dorsalis (saraf tulang belakang) manusia. Penularan penyakit herpes pada pengidap yang berada pada fase ini pun nyatanya masih dapat terjadi akibat pelepasan virus terus berlangsung, meskipun dalam jumlah sedikit. Dengan demikian, bisa saja seseorang terkena infeksi herpes dari pasangannya yang dari penampilan fisik tampak sehat-sehat saja.

3. Stadium Peluruhan

Virus mulai berkembang biak pada ujung saraf organ tubuh. Jika ujung saraf yang terinfeksi terletak pada organ tubuh yang menghasilkan cairan, seperti testis atau vagina, maka virus herpes dapat terkandung dalam cairan tubuh seperti air mani dan lendir vagina. Biasanya, pada fase ini, penderita tidak mengeluhkan gejala khusus.

4. Infeksi Rekuren

Virus yang beristirahat pada fase laten suatu saat dapat aktif kembali. Faktor-faktor atau kondisi-kondisi yang dapat mengaktifkan infeksi tersebut, antara lain:

  • Trauma fisik, seperti demam, infeksi oleh penyakit lain, penyakit HIV/AIDS, hubungan intim, kurang istirahat, menstruasi, dan sebagainya.
  • Trauma psikis, seperti gangguan emosional dan depresi.
  • Penggunaan obat-obatan dan terapi kanker.

Gejala yang timbul umumnya lebih ringan dibanding infeksi primer dan berlangsung lebih sebentar, yakni 7-10 hari. Kelainan kulit dapat timbul pada tempat yang sama (loco) atau pada tempat baru di sekitarnya (non-loco). Sebelum munculnya kelainan kulit, pengidap dapat merasakan beberapa gejala pendahuluan (prodromal), seperti rasa panas, gatal, dan nyeri di daerah kulit tersebut.

Selain gejala khas untuk setiap fase di atas, terdapat beberapa gejala tambahan lainnya, yakni:

  • Pada pengidap wanita, gejalanya dapat terjadi disuria atau rasa nyeri saat buang air kecil.
  • Keputihan.
  • Gejala neuropati, meliputi susah buang air kecil, konstipasi (sembelit), ataupun hilang sensasi pada kulit.

Diagnosis Herpes

Herpes dapat didiagnosis melalui pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik, dokter akan mengecek koreng yang terbentuk akibat herpes serta menanyakan gejala yang muncul pada pasien. Tidak hanya itu, untuk membantu diagnosis herpes agar lebih akurat, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan tambahan, seperti:

  • Kultur Virus Herpes Simplex. Kultur virus herpes ditujuankan untuk mendiagnosis adanya virus herpes. Kultur virus herpes ini dilakukan dengan cara mengusap area kulit atau genital yang terinfeksi, kemudian mengambil cairan genital atau cairan tubuh lainnya yang diduga mengalami herpes untuk kemudian diperiksa di laboratorium.
  • Tes Antibodi. Tes antibodi spesifik virus HSV 1 dan HSV 2 dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi primer herpes, tapi tidak dapat mendeteksi infeksi herpes rekuren. Tes antibodi dilakukan dengan mengambil sampel darah dari tubuh, kemudian dianalisis di lab untuk dicek keberadaan antibodi spesifik HSV 1 ataupun HSV 2. Penting diingat bahwa tubuh memerlukan waktu sekitar 12-16 minggu untuk membentuk antibodi anti HSV 1 atau HSV 2, setelah virus HSV masuk ke dalam tubuh pertama kali. Tes antibodi HSV 1 dan HSV 2 sangat membantu diagnosis, terutama jika pasien tidak mengalami koreng atau pelepuhan pada kulit.
  • Pemeriksaan Tzank. Pemeriksaan Tzank dilakukan dengan mengambil sampel dari ruam kulit untuk selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop. Hasil pemeriksaan ini bisa menentukan apakah lesi yang timbul disebabkan oleh virus herpes. Kendati demikian, pemeriksaan ini tidak bisa mengidentifikasi jenis virus herpes yang menyebabkan infeksi.

Komplikasi Herpes

Komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit ini, antara lain:

  • Penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain.
  • Radang otak dan selaputnya.
  • Radang paru-paru.
  • Hepatitis.
  • Esofagitis.
  • Kematian jaringan retina mata.

Komplikasi dari infeksi virus varicella-zoster tidak selalu terjadi pada pengidap cacar air. Komplikasi sering kali terjadi pada anak-anak, lansia, wanita hamil, dan orang yang kekebalan tubuhnya lemah. Beberapa komplikasi yang terjadi akibat cacar air, antara lain:

  • Ruam menyebar ke bagian mata.
  • Ruam yang diikuti oleh sesak napas dan sakit kepala.
  • Ruam yang diikuti dengan infeksi bakteri sekunder pada daerah tersebut.

Pengobatan Herpes

Pada umumnya, luka dan lepuhan akibat herpes dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2–4 minggu. Hanya saja, virus masih mungkin tetap ada di dalam tubuh penderita tanpa menimbulkan keluhan atau gejala. Hingga kini, belum ada metode pengobatan yang dapat menghilangkan virus herpes dari dalam tubuh.

Fokus pengobatan herpes adalah untuk membantu meredakan keluhan, mencegah penyebaran herpes, serta menurunkan risiko terjadinya komplikasi Beberapa obat-obatan antivirus dapat digunakan untuk mengatasi infeksi virus herpes adalah:

  • Acyclovir
  • Valacyclovir
  • Famciclovir
  • Penciclovir

Selain obat antivirus, ada beberapa hal yang bisa Anda dilakukan untuk meredakan keluhan dan mempercepat pemulihan akibat infeksi virus herpes, yaitu:

  • Konsumsi paracetamol atau ibuprofen sebagai obat pereda nyeri.
  • Gunakan air suam kuku untuk mandi.
  • Kompres ruam kulit dengan air hangat atau atau air dingin.
  • Gunakan pakaian dalam berbahan katun.
  • Gunakan pakaian longgar.
  • Jaga area luka tetap kering dan bersih.

Pencegahan Herpes

Untuk mencegah penyebaran virus herpes ke orang lain, dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini :

  • Sebisa mungkin hindari kontak fisik dengan orang lain, terutama yang memiliki luka terbuka.
  • Selalu cuci tangan secara rutin.
  • Jika diberikan obat oles untuk mengatasi ruam, oleskan obat dengan menggunakan kapas agar kulit tangan tidak menyentuh daerah yang terinfeksi virus herpes.
  • Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus, seperti gelas, cangkir, handuk, pakaian, dan peralatan makeup.
  • Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual lainnya, selama munculnya gejala penyakit herpes.

Khusus bagi penderita herpes genital, segala bentuk aktivitas seksual selama masa munculnya gejala herpes harus dihindari. Perlu diingat bahwa meskipun sudah menggunakan kondom, virus herpes tetap dapat menyebar melalui kontak kulit yang tidak terlindungi kondom.

 

Related posts